Berita Jurnalkitaplus – Hubungan antara Inggris dan Israel memanas. London secara resmi menghentikan perundingan dagang bebas dengan Israel, sekaligus meningkatkan sanksi terhadap pemukim ilegal Israel di Tepi Barat yang terbukti melakukan kekerasan. Keputusan tegas ini datang setelah Inggris menyuarakan keprihatinan mendalam atas tindakan Israel di Gaza dan Tepi Barat.
Mengapa Inggris Mengambil Langkah Ini?
Menteri Luar Negeri Inggris, David Lamy, menegaskan bahwa London tidak bisa lagi melanjutkan negosiasi dengan Pemerintah Israel. Alasannya? Kebijakan yang dianggap “mengerikan” yang diterapkan Israel di Gaza dan Tepi Barat. Pernyataan ini diperkuat oleh Perdana Menteri Inggris, Keir Starmer, yang sebelumnya bergabung dengan PM Kanada Mark Carney dan Presiden Prancis Emmanuel Macron, untuk menyatakan kengerian atas eskalasi konflik oleh Israel. Mereka menyoroti blokade bantuan kemanusiaan dan ancaman pengusiran warga Palestina, yang dinilai melanggar hukum humaniter internasional.
Tindakan Israel yang Memicu Reaksi Keras London
Pemicu utama di balik keputusan Inggris ini adalah serangkaian tindakan agresif Israel. Ini termasuk serangan besar-besaran melalui Operasi Kereta Gideon, yang bahkan dilaporkan menyasar fasilitas sipil seperti Rumah Sakit Indonesia di Gaza. Selain itu, blokade bantuan kemanusiaan yang dilakukan Israel ke Gaza telah memperburuk krisis kemanusiaan yang sudah kronis di wilayah tersebut. Pernyataan kontroversial dari menteri-menteri di pemerintahan PM Benjamin Netanyahu yang mengancam akan mengusir total warga Palestina di Gaza, serta perluasan permukiman ilegal di Tepi Barat, juga menjadi sorotan tajam dan memicu reaksi keras dari Inggris dan sekutunya.
Reaksi Hamas dan Netanyahu
Keputusan Inggris ini disambut baik oleh Hamas. Kelompok tersebut menggambarkan sikap Inggris, Kanada, dan Prancis sebagai “langkah penting” ke arah yang benar untuk memulihkan prinsip-prinsip hukum internasional.
Namun, reaksi yang sangat berbeda datang dari Benjamin Netanyahu. Perdana Menteri Israel itu bereaksi dengan kemarahan besar, bahkan balik menuduh bahwa Israel adalah korban genosida. Pernyataan Netanyahu ini muncul di tengah dirinya dan mantan Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant yang sedang diusut oleh Mahkamah Kriminal Internasional (ICC) atas dugaan genosida di Gaza. (Kompas)