Berita Jurnalkitaplus – Kelas menengah Indonesia tengah menghadapi tekanan ekonomi yang semakin berat, menyebabkan daya belinya terus menurun. Fenomena yang dikenal dengan istilah satir “rojali” (rombongan jarang beli) dan “rohana” (rombongan hanya tanya) makin nyata di masyarakat. Banyak orang dari kelas menengah mulai menahan diri mengurangi pengeluaran kebutuhan tersier dan sekunder, seperti makan di luar, belanja baju baru, atau hiburan, demi menyesuaikan dengan pendapatan yang stagnan.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) Maret 2025 menunjukkan penurunan porsi konsumsi kelompok 40 persen terbawah dan menengah, sementara kelompok 20 persen teratas justru mengalami peningkatan konsumsi. Meski jumlah penduduk miskin sedikit menurun, kelas menengah Indonesia menyusut dari 57,33 juta orang pada 2019 menjadi 47,85 juta orang pada 2024. Banyak yang turun kelas menjadi rentan miskin.
Selain itu, peningkatan angka pemutusan hubungan kerja (PHK) dan proyeksi pertumbuhan ekonomi yang melambat di bawah 5 persen hingga 2027 semakin memperparah tantangan ekonomi bagi kelas menengah.
Dalam kondisi ini, para ahli keuangan menyarankan agar kelas menengah mengendalikan gaya hidupnya dengan pola rojali dan rohana yang realistis. Penting untuk menabung minimal 10 persen dari penghasilan, prioritaskan kebutuhan wajib, dan menambah sumber pendapatan agar ketahanan ekonomi keluarga tetap terjaga.
Tekanan ekonomi ini menuntut perhatian serius dari pemerintah agar selain mengurangi kemiskinan, juga memprioritaskan stabilitas keuangan kelompok menengah bawah agar tidak terperosok ke dalam kemiskinan. (FG12)