Berita Jurnalkitaplus – Harga beras premium dan medium tetap tinggi meski harga gabah menurun, memicu keprihatinan pemerintah dan publik terhadap mekanisme tata niaga pangan.
Data Kementerian Pertanian menunjukkan, di Zona 1—meliputi Jawa, Lampung, Sumatra Selatan, Bali, NTB, dan Sulawesi—harga rata-rata konsumen untuk beras premium pada Juli 2025 sebesar Rp 15.552/kg (HET: Rp 14.900/kg), dan beras medium Rp 13.974/kg (HET: Rp 12.500/kg) . Sementara harga gabah di tingkat petani justru turun, dengan rata-rata nasional berada di kisaran Rp 6.900/kg .
Fenomena ini disebut sebagai anomali pasar, di mana harga di hilir (beras) tidak mencerminkan tren turun di hulu (gaba). Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menyatakan bahwa ini bukan karena pemerintah memusuhi penggilingan besar, melainkan ada penyimpangan yang merugikan konsumen hingga Rp 10 triliun dari oknum tertentu .
Ketua Komisi IV DPR, Titiek Soeharto, menambahkan bahwa praktik beras oplosan dan disparitas harga yang jauh dari regulasi HET memperparah kepercayaan konsumen. Ia juga menyoroti bahwa harga gabah yang tinggi sulit dicerna penggilingan untuk menghasilkan beras sesuai HET, sehingga regulasi dan biaya produksi tampak tidak sinkron .
Sebagai solusi, pemerintah tengah mempertimbangkan kebijakan “beras satu harga” antara kelas premium dan medium, melalui serangkaian rapat koordinasi—namun penerapannya tidak bisa dilakukan terburu-buru demi kesejahteraan petani dan konsumen . (FG12)