Ekonomi Nasional 2025: Pasokan Melimpah, Permintaan Lesu

Berita Jurnalkitaplus – Perekonomian Indonesia memiliki peluang untuk mempercepat pertumbuhan, didukung oleh suku bunga rendah dan suntikan dana segar Rp 200 triliun ke sistem perbankan. Namun, lemahnya permintaan menjadi tantangan utama yang dapat menghambat potensi ini.

Muhamad Chatib Basri, Visiting Scholar di Harvard Kennedy School, menjelaskan bahwa meskipun likuiditas melimpah dan suku bunga rendah menciptakan ruang untuk ekspansi, pertumbuhan ekonomi hanya возможно jika sektor riil bergerak, yang bergantung pada permintaan. “Kalau tidak ada permintaan, uang tidak akan tersalurkan,” ujarnya pada Kamis (18/9/2025). Ia menyarankan pemerintah mempercepat penyerapan anggaran untuk proyek-proyek yang dapat segera dieksekusi, seperti program perlindungan sosial dan cash forward, serta melakukan deregulasi untuk memperbaiki iklim usaha melalui sistem digital.

Sementara itu, Bank Indonesia (BI) telah memangkas suku bunga acuan sebanyak 25 basis poin (bps) menjadi 4,75 persen pada Selasa (16/9/2025), menandai penurunan keenam sejak September 2024 dengan total 150 bps. Di sisi global, The Fed juga memangkas suku bunga acuan sebesar 25 bps menjadi 4-4,25 persen, keputusan pertama di 2025, diumumkan pada Rabu (17/9/2025).

Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa menyatakan akan memantau penyerapan anggaran kementerian hingga akhir Oktober. Anggaran yang tidak terserap akan dialihkan ke program-program cepat eksekusi yang berdampak langsung pada masyarakat. “Saya tidak mau uang nganggur,” tegasnya.

Ekonom Maybank Indonesia, Myrdal Gunarto, memprediksi The Fed akan melanjutkan pelonggaran moneter dengan dua kali pemotongan suku bunga masing-masing 25 bps hingga akhir 2025. Kebijakan ini diharapkan meningkatkan permintaan kredit dengan menurunkan biaya cicilan. Sementara itu, Ekonom Kookmin Bank Valbury Sekuritas, Fikri C Permana, menyebut kebijakan moneter global dan domestik saat ini bersifat pro-pertumbuhan untuk mengantisipasi perlambatan ekonomi.

Pelonggaran moneter The Fed juga diperkirakan melemahkan dollar AS, mendorong aliran modal asing ke negara berkembang seperti Indonesia, serta menjaga stabilitas nilai tukar rupiah. Pada Kamis (18/9/2025), rupiah ditutup di level Rp 16.498 per dollar AS berdasarkan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor).

Pemerintah juga telah meluncurkan paket stimulus ekonomi 2025 (8+4+5) untuk mempercepat program pembangunan. Namun, keberhasilan akselerasi ekonomi bergantung pada kemampuan pemerintah untuk meningkatkan permintaan dan memperbaiki iklim investasi melalui reformasi struktural yang konsisten. (FG12)

admin: