BGN Akui Kelalaian dalam Kasus Keracunan MBG, Minta Maaf dan Janji Bertanggung Jawab

Berita Jurnalkitaplus – Badan Gizi Nasional (BGN) akhirnya mengakui adanya kelalaian dalam rangkaian kasus keracunan massal akibat program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang menimpa ribuan siswa di sejumlah daerah.

Dalam jumpa pers di kantor BGN, Wakil Kepala BGN, Nanik S. Deyang, menyampaikan permohonan maaf terbuka sekaligus komitmen lembaganya untuk memperbaiki sistem dan menanggung seluruh konsekuensi kerugian yang timbul.

Kronologi dan Skala Kasus

Berdasarkan data BGN, hingga saat ini tercatat 70 kejadian keracunan yang menjangkiti 5.914 orang setelah menyantap makanan MBG di sekolah-sekolah.

Insiden tersebut terjadi di berbagai wilayah di Indonesia, termasuk di sekolah-sekolah di Jawa Barat, Kalimantan Barat, dan daerah lainnya.

Di wilayah Bandung Barat, misalnya, sebanyak 1.333 siswa diduga mengalami keracunan pasca konsumsi MBG.

Di Kalimantan Barat, salah satu kasus dicurigai disebabkan oleh lauk ikan hiu goreng yang mengandung merkuri tinggi.

Pengakuan Kelalaian dan Permohonan Maaf

Dalam pernyataannya, Nanik mengungkap bahwa sekitar 80 % insiden keracunan disebabkan ketidakpatuhan terhadap SOP (Standar Operasional Prosedur), baik oleh mitra penyedia maupun tim internal BGN sendiri.

> “Kejadian belakangan 80 persen adalah karena SOP kita yang tidak dipatuhi … Kami mengaku salah atas insiden pangan atau insiden keamanan pangan ini.”

Ia menyatakan bahwa kesalahan terbesar memang ada pada BGN sendiri, khususnya dalam pengawasan internal, dan tidak bisa sepenuhnya disalahkan kepada unit Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG).

Saat menyampaikan permohonan maaf, Nanik tampak emosional: ia menyebut dirinya sebagai seorang ibu yang ikut “terpukul” ketika melihat video siswa yang harus diantar ke puskesmas akibat keracunan.

> “Saya seorang ibu … melihat gambar-gambar anak-anak keracunan … saya mohon maaf atas nama BGN dan seluruh SPPG di Indonesia.”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *