Berita Jurnalkitaplus – Pembiayaan kredit untuk kendaraan listrik (electric vehicle/EV) di Indonesia masih menyumbang porsi kecil dalam sektor multifinance otomotif. Hingga Juli 2025, total outstanding financing untuk EV roda empat mencapai Rp5,72 triliun, sementara untuk EV roda dua sebesar Rp238,36 miliar. Angka ini hanya menyumbang 1,6% dari total pembiayaan otomotif yang mencapai Rp347 triliun.
Data dari Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) menunjukkan bahwa meskipun pasar EV terus berkembang, kontribusi pembiayaannya masih minim dibandingkan dengan kendaraan konvensional. Secara keseluruhan, total pembiayaan otomotif pada periode tersebut mencapai Rp404,94 triliun, dengan pertumbuhan tahunan (year-on-year/YoY) sebesar 0,21% dan kontraksi bulanan (month-to-month/MtM) sebesar 0,03%.
Rincian pembiayaan otomotif mencakup: kendaraan roda dua baru Rp86,83 triliun (pertumbuhan YoY 2,35%, MtM 1,12%), roda dua bekas Rp24,63 triliun (YoY 11,83%, MtM 1,07%), roda empat baru Rp145,59 triliun (kontraksi YoY -4,05%, MtM -0,35%), roda empat bekas Rp91,08 triliun (YoY 4,72%, MtM -1,13%), serta kendaraan angkutan Rp56,81 triliun (kontraksi YoY -2,91%, MtM 0,35%).
Menurut Bhima Yudhistira, ekonom dan Direktur Center of Economics and Law Studies (Celios), rendahnya porsi pembiayaan EV disebabkan oleh kurangnya kolaborasi antara perusahaan multifinance dengan pabrikan baru. “Kedua juga bekerja sama memang pihak multifinance-nya dengan pabrikan terutama kendaraan-kendaraan listrik yang baru banyak ya, merk-merk baru bermunculan itu harus digandeng,” ujar Bhima dalam keterangan yang diterima Bisnis, Minggu (14/9/2025).
Bhima juga menyoroti pentingnya ekspansi infrastruktur. “Jadi, bukan hanya di Jabodetabek tapi juga multifinance bisa ekspansi ke kota tier 2 dan tier 3,” tambahnya, mengacu pada kebutuhan pengembangan Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) di luar kota besar.
Meski demikian, pasar EV menunjukkan tren positif. Berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) yang dikutip Jodjana Jody, pengamat industri pembiayaan, porsi EV terhadap penjualan nasional otomotif naik dari 11,52% pada 2024 menjadi 17,77% tahun ini. “Berdasarkan data Gaikindo yang disebutkan Jodjana, pada 2024 kemarin porsi EV terhadap national sales otomotif naik 11,52% dan tahun ini naik tajam menjadi 17,77%,” kata Jodjana.
Pertumbuhan ini didorong oleh munculnya model-model baru dari pabrikan seperti BYD dan Vinfast, yang menawarkan desain futuristik serta garansi baterai hingga 5-7 tahun. Model EV ini khususnya diminati di wilayah urban, meskipun penetrasi di daerah tier 2 dan 3 masih terbatas.Untuk mengatasi tantangan ini, para pengamat memberikan sejumlah saran bagi perusahaan leasing dan multifinance. Bhima Yudhistira merekomendasikan agar perusahaan meningkatkan promosi di pameran otomotif seperti Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIAS). Selain itu, inovasi seperti suku bunga khusus dan kemitraan strategis perlu dilakukan untuk menarik konsumen.
“Leasing juga harus merambah pasar EV bekas dengan bekerja sama dengan dealer mobil bekas, karena saat ini pembiayaan EV bekas masih kecil,” lanjut Bhima. Ia menekankan bahwa kolaborasi dengan merek EV baru yang sedang bermunculan akan menjadi kunci untuk memperbesar pangsa pasar.
Sementara itu, Jodjana Jody menyarankan diversifikasi produk pembiayaan, termasuk ke segmen kendaraan bekas, refinancing, dan modal kerja. Hal ini penting mengingat proyeksi penurunan penjualan otomotif total sebesar 10% menjadi 800.000 unit pada 2025. “Dengan diversifikasi, perusahaan pembiayaan bisa memastikan pertumbuhan positif meski pasar secara keseluruhan lesu,” ujar Jodhana.
Pemerintah juga diharapkan mendukung melalui kebijakan insentif, meskipun artikel ini tidak merinci program spesifik. Dengan pertumbuhan EV yang semakin pesat, para pelaku industri optimis bahwa porsi pembiayaan EV akan meningkat signifikan dalam waktu dekat, asal strategi yang tepat diterapkan oleh perusahaan leasing. (FG12)
sumber : bisnis.com