Pembunuhan M Ilham Pradipta Terungkap: Kasus Terorganisasi dengan 16 Tersangka, Polri Diminta Lebih Sigap

Berita Jurnalkitaplus – Penemuan jenazah M Ilham Pradipta, Kepala Cabang Pembantu BRI Cempaka Putih Raya, di persawahan Desa Nagasari, Kecamatan Serang Baru, Kabupaten Bekasi, membuka tabir sebuah kasus pembunuhan yang terorganisasi dan melibatkan puluhan pelaku dengan peran berbeda-beda.

Ilham Pradipta (37) ditemukan tewas mengenaskan pada Kamis pagi, 21 Agustus 2025, sehari setelah diculik oleh sekelompok orang pada Rabu sore (20/8). Dari hasil otopsi, Ilham meninggal akibat pukulan benda tumpul dan kekurangan pasokan oksigen akibat penganiayaan selama penculikan.

Penyelidikan intensif kepolisian mengungkap fakta mengejutkan, bahwa kriminalitas ini dilakukan oleh 16 tersangka yang terbagi ke dalam empat kluster. Kluster pertama terdiri dari para intelektualis yang merancang aksi kejahatan, disusul oleh kelompok penguntit yang memantau korban, kelompok penculik, dan terakhir kelompok pelaku penganiayaan hingga pembuangan jenazah Ilham.

Modus operandi yang digunakan pelaku terkait erat dengan aktivitas perbankan, khususnya upaya pemindahan dana dormant berbentuk nominal besar ke rekening penampung. Ilham, sebagai otoritas persetujuan operasi tersebut, menjadi target utama penculikan dan pembunuhan. Dugaan ini diperkuat adanya dana besar yang dilontarkan pelaku selama aksi kejahatan itu.

Salah satu otak intelektualis, Dwi Hartono, dikenal sebagai sosok crazy rich yang kerap menggunakan helikopter untuk pulang kampung di Desa Mekar Kencana, Kabupaten Tebo, Jambi. Dwi juga aktif melakukan kegiatan sosial dan mengundang artis ibu kota dalam berbagai acara di kampung halamannya.

Polri mendapat apresiasi tinggi atas kesigapan dalam mengungkap kasus ini dengan memanfaatkan kemajuan teknologi dalam penyelidikan. Kasus ini menjadi pembelajaran penting terkait peningkatan kemampuan polisi dalam menganalisis, mendeteksi, dan memprediksi tindak kejahatan yang semakin kompleks dan bervariasi, termasuk yang menggunakan modus teknologi tinggi.

Terlepas dari keberhasilan ini, pengamat menekankan pentingnya reformasi kultural dalam tubuh Polri, dengan menghilangkan budaya kekerasan serta menjaga netralitas di bidang politik dan bisnis. Profesionalisme kerja dinilai menjadi kunci utama mendapatkan dukungan dan respek publik dalam menjaga keamanan masyarakat. (FG12)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *