Berita Jurnalkitaplus – Dunia usaha tengah menghadapi tekanan ganda yang dikhawatirkan bakal menghambat laju pertumbuhan ekonomi nasional. Kombinasi ketidakpastian global, kenaikan biaya produksi, hingga pelemahan daya beli masyarakat membuat pelaku bisnis waswas menatap sisa tahun ini.
Tekanan dari Berbagai Sisi
Sektor manufaktur yang biasanya menjadi motor ekonomi kini mulai menunjukkan kontraksi. Biaya bahan baku dan energi terus meningkat, sementara permintaan dari konsumen menurun akibat tergerus inflasi. Di sisi lain, kebijakan moneter berupa kenaikan suku bunga juga menambah beban pembiayaan bagi perusahaan.
Tak hanya faktor domestik, kondisi global ikut memperkeruh keadaan. Konflik geopolitik, fluktuasi harga komoditas, serta gangguan rantai pasok dunia menambah tekanan bagi sektor usaha di Tanah Air.
Risiko Perlambatan
Asosiasi dunia usaha menilai, jika situasi ini dibiarkan berlarut, dampaknya bisa serius. Investasi berpotensi melambat, proyek-proyek baru tertunda, bahkan ancaman pemutusan hubungan kerja (PHK) terbuka lebar. Akibatnya, pertumbuhan ekonomi yang selama ini diharapkan menopang kesejahteraan masyarakat bisa tersendat.
“Tekanan yang datang dari berbagai arah membuat pelaku usaha sulit bernafas. Tanpa langkah cepat, roda ekonomi bisa kehilangan momentum,” ujar salah satu pengamat ekonomi.
Jalan Keluar yang Diharapkan
Untuk meredam tekanan tersebut, pelaku usaha berharap pemerintah hadir dengan langkah konkret. Stimulus fiskal, insentif pajak, subsidi energi, hingga kepastian regulasi dinilai penting untuk menjaga iklim usaha tetap bergairah.
Selain itu, penguatan rantai pasok lokal serta dorongan transformasi digital juga menjadi strategi jangka panjang agar dunia usaha lebih tahan terhadap guncangan eksternal.
Menanti Aksi Nyata
Situasi ini menjadi ujian serius bagi daya tahan ekonomi nasional. Sinergi antara pemerintah, dunia usaha, dan sektor keuangan dibutuhkan agar tekanan ganda tidak berubah menjadi krisis berkepanjangan. (FG12)