Berita Jurnalkitaplus – Gelombang kritik dari ratusan guru besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) terhadap Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengundang respons tegas dari Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin. Dalam forum “Double Check” yang digelar Kantor Komunikasi Kepresidenan, Sabtu (17/5/2025), Budi memastikan bahwa kebijakan kesehatan nasional yang dirumuskan saat ini semata-mata demi kepentingan masyarakat, bukan untuk mengakomodasi kelompok tertentu.
“Kami ini diberi mandat untuk melakukan transformasi sistem kesehatan agar masyarakat tetap sehat dan produktif. Jadi, semua kebijakan yang diambil, dasarnya adalah kebutuhan rakyat,” tegas Budi.
Sebelumnya, sebanyak 158 guru besar FKUI melayangkan kritik pada Jumat (16/5), menyoroti lemahnya komunikasi Kemenkes serta sejumlah kebijakan yang dianggap tidak melibatkan pemangku kepentingan secara memadai.
Bukan untuk Kepentingan Kelompok
Menkes Budi menegaskan bahwa pihaknya tidak memprioritaskan kepentingan kementerian, rumah sakit, apalagi industri farmasi dalam menentukan arah kebijakan. “Kepentingan profesi menteri, alumni, atau institusi, itu bukan prioritas. Fokus utama kita ya masyarakat,” ujarnya.
Namun, ia tak menampik bahwa pergeseran prioritas ini bisa menimbulkan ketidaknyamanan dari sebagian pihak, terutama yang merasa tak lagi dominan dalam pengambilan keputusan.
Klaim Libatkan Guru Besar FKUI
Budi juga menyatakan bahwa banyak program Kemenkes saat ini merupakan hasil kolaborasi dengan guru besar FKUI. Misalnya, program skrining bayi baru lahir dan penanganan stunting yang disebut berhasil menurunkan angka dari 32 persen menjadi 19 persen.
“Contohnya skrining bayi itu hasil kerja sama kami dengan guru besar FKUI. Stunting juga begitu,” kata Budi.
Kolegium Jadi Sumber Gesekan
Salah satu isu yang jadi sorotan para guru besar FKUI adalah pembentukan kolegium kedokteran yang kini berada di bawah Kemenkes. Mereka menilai lembaga itu kini kehilangan independensi.
Menjawab isu ini, Menkes menyebut banyak anggota kolegium saat ini berasal dari FKUI sendiri. Ia mengaku terbuka terhadap kritik dan masukan, serta akan terus memperbaiki komunikasi.
Pendidikan Kedokteran Terancam?
Ketua Iluni FKUI, Wawan Mulyawan, menyampaikan kekhawatiran soal kualitas pendidikan kedokteran di tengah kebijakan baru Kemenkes. Ia menyebut pendidikan dokter bukan sekadar transfer ilmu, tapi juga pembentukan karakter tenaga medis yang akan mengurus nyawa manusia.
“Tanpa ekosistem akademik yang kondusif, tanpa dukungan kuat terhadap tridarma perguruan tinggi, kita bisa makin jauh dari evidence-based medicine. Dan itu berbahaya bagi keselamatan pasien,” ujarnya.