Berita Jurnalkitaplus – Penampilan mantan Presiden ke-7 Indonesia, Joko Widodo atau Jokowi, baru-baru ini menjadi sorotan publik setelah muncul dengan kondisi wajah yang menunjukkan perubahan warna kulit dan tampak membengkak. Tidak hanya itu, beberapa pihak juga menyoroti kondisi tubuhnya yang terlihat lemah serta adanya tonjolan mencolok di bagian perut. Kondisi ini memicu beragam spekulasi, mulai dari alergi kulit biasa hingga dugaan penyakit autoimun serius.
Penjelasan Ajudan: Alergi Kulit Pasca Kunjungan Vatikan
Ajudan Jokowi, Kompol Syarif Muhammad Fitriansyah, menjelaskan bahwa kondisi kulit wajah Jokowi disebabkan oleh alergi kulit yang memicu peradangan. Alergi ini, menurut Syarif, mulai dialami Jokowi sepulang dari kunjungan ke Vatikan pada akhir April 2025, yang diduga karena penyesuaian cuaca yang berbeda. Syarif menegaskan bahwa Jokowi tidak mengalami sakit berat dan masih bisa beraktivitas seperti bersepeda.
Meskipun banyak warganet yang mengaitkan kondisi tersebut dengan penyakit autoimun, Syarif menyatakan bahwa penjelasan lebih detail mengenai hal itu hanya berhak disampaikan oleh dokter.
Dugaan Autoimun Agresif dan Alat Cuci Darah Perut
Namun, sejumlah pihak lain memiliki pandangan berbeda. Warganet ramai mengaitkan kondisi Jokowi dengan penyakit autoimun. Dokter Tifauzia Tyassuma, yang akrab disapa Dokter Tifa, menyampaikan analisis medis bahwa Jokowi diduga mengidap penyakit autoimun agresif yang dalam waktu singkat dapat merusak ginjal.
Menurut Dokter Tifa, tonjolan di bagian perut Jokowi kemungkinan besar adalah alat CAPD (Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis), yang digunakan untuk cuci darah mandiri. Ia mengamati gejala fisik yang meliputi perubahan ekstrem pada kulit, gatal hebat, penyusutan massa otot (sarkopenia) yang cepat, kelemahan tubuh, dan penurunan berat badan drastis. Dokter Tifa bahkan menyebut klaim alergi kulit biasa adalah “hoaks” dan menyarankan perawatan intensif di rumah sakit terbaik dunia.
Penggiat media sosial Yusuf Dumdum juga menyoroti perubahan fisik Jokowi yang tampak lemah dan tonjolan di perut, menyerukan agar ada penjelasan resmi dari tim dokter kepresidenan untuk menghindari simpang siur informasi.
Apa Itu Penyakit Autoimun?
Menurut Cleveland Clinic, penyakit autoimun adalah kondisi ketika sistem kekebalan tubuh menyerang jaringan sehatnya sendiri. Normalnya, sistem imun menyerang zat asing seperti virus, bakteri, atau racun. Namun, pada kondisi autoimun, sistem imun menjadi lebih aktif dan menyerang tubuh serta merusak jaringan yang sehat karena tidak ada zat asing yang dapat diserang.
Penyakit autoimun sangat beragam, dengan lebih dari 100 jenis. Beberapa faktor risiko yang diduga dapat meningkatkan kemungkinan seseorang terkena autoimun meliputi riwayat keluarga, infeksi bakteri atau virus, paparan bahan kimia, merokok, dan obesitas .
Gejala umum dari berbagai jenis penyakit autoimun dapat meliputi :
- Sering merasa lemas Otot pegal atau nyeri sendi
- Ruam kulit, Demam yang hilang timbul
- Bengkak di sendi atau wajah
- Rambut rontok
- Sulit konsentrasi
- Kesemutan di tangan atau kaki
Jenis Penyakit Autoimun yang Menyerang Kulit:
Beberapa jenis autoimun yang berdampak pada kulit antara lain [21, 23, 24]:
- Sindrom Stevens-Johnson (SJS): Reaksi kulit langka dan serius, biasanya disebabkan oleh obat-obatan tertentu seperti antibiotik atau antikonvulsan. Kondisi parah kadang disebut nekrolisis epidermal toksik dan memerlukan penanganan segera di rumah sakit. SJS juga dapat menyebabkan masalah mata serius dan bekas luka permanen. Jokowi sempat ramai disebut sakit SJS di media sosial [10].
- Lupus kulit: Kondisi autoimun yang menyerang sel kulit sehat, gejalanya meliputi perubahan warna kulit, gatal, nyeri, dan jaringan parut.
- Sindrom Sjögren: Merusak kelenjar yang mengatur kelembapan tubuh, menyebabkan kekeringan kronis pada mata, mulut, tenggorokan, atau vagina.
- Psoriasis : Penyakit kronis yang mempercepat pertumbuhan sel kulit, menyebabkan kulit bersisik dan membentuk plak merah dengan bercak kulit mati berwarna putih keperakan.
Autoimun Agresif dan Kerusakan Ginjal:
Penyakit autoimun dapat merusak berbagai organ tubuh, termasuk ginjal. Pada kondisi ini, sistem kekebalan tubuh keliru menyerang bagian penting ginjal seperti glomerulus (penyaring darah), tubulus (saluran kecil), dan pembuluh darah. Kerusakan terjadi karena sistem imun menganggap protein normal dalam tubuh sebagai musuh. Protein-protein ini bisa terjebak dan menumpuk di ginjal, memicu peradangan dan kerusakan jaringan.
Autoimun agresif adalah kondisi penyakit autoimun yang berkembang sangat cepat, bahkan kurang dari 6 bulan, hingga dapat merusak organ tubuh seperti ginjal. Beberapa bentuk gangguan autoimun yang bisa merusak ginjal dalam waktu singkat meliputi :
- Lupus Nefritis stadium IV–V: Kerusakan ginjal akibat penumpukan kompleks antibodi dan antigen di ginjal.
- Rapid Progressive Glomerulonephritis (RPGN): Penyakit autoimun yang menyebabkan kerusakan cepat pada glomerulus.
- Scleroderma Renal Crisis: Kondisi serius yang dapat merusak ginjal dengan cepat.
- Goodpasture Syndrome: Sistem imun menyerang protein di jaringan ginjal.
- Vaskulitis ANCA: Antibodi memicu peradangan pembuluh darah kecil di ginjal.
Mengenal CAPD: Metode Cuci Darah Mandiri
CAPD (Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis) adalah metode cuci darah yang menggunakan alat bernama kateter peritoneal atau kateter CAPD. Dokter bedah membuat lubang kecil di dekat pusar untuk memasukkan selang (kateter) ke dalam rongga perut. Kateter ini kemudian dihubungkan dengan kantong berisi cairan dialisat yang akan masuk dan keluar dari rongga peritoneum (rongga di dalam perut).
Keunggulan metode CAPD meliputi :
- Fleksibilitas: Pasien tidak perlu bolak-balik ke rumah sakit karena dapat melakukan cuci darah di rumah, tempat kerja, atau tempat lain.
- Portabilitas: Peralatan CAPD mudah dibawa, memungkinkan pengguna lebih leluasa melakukan aktivitas sehari-hari.
- Pembatasan Makanan Lebih Sedikit: Proses penggantian cairan dialisat yang diulang sekitar 4 kali sehari meminimalkan risiko penumpukan kalium, natrium, dan cairan, sehingga pasien lebih fleksibel dalam mengatur asupan makanan dan minuman.
- Fungsi Ginjal Bertahan Lebih Lama: Fungsi ginjal pada pasien gagal ginjal diketahui dapat bertahan lebih lama dengan CAPD dibandingkan hemodialisis.
- Lebih Baik bagi Jantung dan Pembuluh Darah: Membantu mengontrol jumlah cairan dalam tubuh, mengurangi beban kerja jantung dan tekanan pembuluh darah.
Alergi Kulit dan Peradangan: Pandangan Dokter Spesialis
Menanggapi penjelasan ajudan Jokowi, Dokter spesialis kulit dr. Ruri D. Pamela, SpDVE, FINSDV, menjelaskan bahwa alergi kulit adalah respons sistem imun terhadap zat pemicu (alergen) yang sebenarnya tidak berbahaya, seperti sabun, makanan, atau debu. Ketika terpapar alergen, tubuh melepaskan histamin dan zat kimia lain yang memicu peradangan pada kulit, menyebabkan kulit menjadi merah, bengkak, gatal, dan terkadang terasa hangat atau perih.
Faktor penyebab alergi kulit dapat meliputi kontak langsung (misal nikel, lateks, kosmetik), makanan/obat-obatan, atau lingkungan/fisik (debu, serbuk sari, gigitan serangga, cuaca ekstrem, atau keringat). Dalam kasus Jokowi, kemungkinan faktor pemicunya adalah perbedaan kondisi cuaca antara Vatikan dan Indonesia.Spekulasi mengenai kondisi kesehatan Jokowi terus berlanjut di tengah masyarakat. Penting untuk diingat bahwa diagnosis medis yang akurat hanya dapat diberikan oleh tenaga profesional kesehatan. (FG12)
sumber : detik, tribunnews